Tuesday, October 25, 2011

LANDASAN - LANDASAN PENDIDIKAN

What's that???

Yup, landasan pendidikan. Apa itu landasan pendidikan?
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi SDM yang beguna bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakaat, bangsa, dan negara, bahkan untuk kehidupan manusia, harus dilandasi oleh nilai-nilai yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai mahluk yang berbudi, yang diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, dan mahluk sosial budaya. So, pendidikan dalam proses pelaksanaannya paling tidak harus dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, moral, dan hukum.
Well, let's find out here..

First, Landasan Agama:

Landasan agama ialah suatu unsur tentang pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu pengabdian kepada suatu kekuasaan yang diprcayai sebagai suatu yang menjadi asal mula segala sesuatu , lalu yang menambah dan melestarikan nilai - nilai serta sejumlah ungkapan yang sesuai dengan urusan pengabdian tersebut , baik dengan jalan melakukan upacara simbolis maupun melalui perbuatan yang bersifat perseorangan atau bersama - sama . 
pendidikan yang tidak dilandasi oleh agama itu seperti orang berjalan pincang , sama seperti ungkapan ilmu tanpa amal walaupun dia berpendidikan tinggi tapi jika landasan agamanya gak kuat maka dia dapat menyalah gunakan ilmu yang dimilikinya.misalnya seperti, "para koruptor"  (kayak judul lagu slank yahh.... hehehehe).
Allah SWT memberikan kuasa pada manusia itu untuk hidup menghidupi kehidupan yang diberikan padanya sebagai ciptaan Tuhan. Manusia memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan memenuhi kebutuhannya, tapi bebas bukan dalam arti bebas yang tanpa batas, karena manusia harus hidup berdampingan dan saling membangun dengan manusia lainnya.
Agama sebagai landasan pendidkan, bukan hanya pada pendidikan formal mulai dari TK sampai PT, tapi juga keluarga dan lingkungan masyarakat juga sebagai pendidikan nonformal. Karena seorang anak didik akan lebih banyak menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan keluarga dan masyarakat. So, walaupun dia mempunyai titel tetapi tidak dilandasi oleh nilai-nilai agama, maka tidak akan berguna untuk orang lain, bangsa dan negara.
Ideologi Indonesia, yaitu pancasila sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa. Hal ini berarti negara Indonesia menjamin setiap warga negara memeluk agama masing-masing sesuai dengan kepercayaan mereka, dan tidak memaksakan kehendak.
Setiap agama pasti baik, tidak agama yang mengajarkan tentang kejahatan. Kedudukan manusia sama di hadapan Tuhan.

Second, Landasan filasafat:

Filsafat berasal dari  kata yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan sophia. philos berarti cinta sedangkan sophia berarti kebijaksanaan dengan kata lain filsafat suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Landasan ini berkenaan dengan sistem nilai, yaitu pandangan seseorang tentang arti kehidupan, sehingga filsafat disebut juga sebagai pandangan hidup. Perbedaan pandangan dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan kepada peserta didik. So, dalam pelaksanaan pendidikan tidak dipakai pandangan hidup induvidu tetapi pandangan hidup bangsa untuk mencapi tujuan negara.
Filsafat mengkaji sesuatu secara radikal sampai seakar-akarnya, menyeluruh dan konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep mengenai kehidupan dan dunia. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji pendidikan dari sudut filsafat. Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia, apakah pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa? Kemungkinan pendidikan diberikan kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai hakikat manusia. Bahasan mengenai hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian filosofis. Pendidikan itu mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah makhluk individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas, makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi. Essensialisme, perenialisme, pragmatisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah merupakan aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi pandangan, konsep dan praktik pendidikan.

1)Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat idealisme dan realisme secara eklektis. Mazab ini mengutamakan gagasan-gagasan yang terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang termasuk the liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu kealaman, meatematika, sejarah dan seni.

2)Perenialisme
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Yang abadi adalah (1) pengetahuan yang benar, (2) keindahan, dan (3) kecintaan kepada kebaikan. Prinsip-prinsip pendidikannya: (1) pendidikan yang abadi, (2) inti pendidikan mengembangkan keunikan manusia yaitu kemampuan berfikir, (3) tujuan belajar mengenalkan kebenaran abadi dan universal, (4) pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang sebenarnya, (5) kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar, yang mencakup bahasa, matematika, logika, IPA dan sejarah.
 
3)Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme mazab filsafat yang menekankan pada manfaat atau kegunaan praktis. Progredivisme mazab filsafat yang menginginkan kemajuan, mengkritik, essensialisme dan perenialisme karena mengutamakan pewarisan budaya masa lalu, menggunakan prinsip pendidikan antara lain (1) anak hendaknya diberi kebebasan, (2) gunakan pengalaman langsung, (3) guru bukan satu-satunya, (4) sekolah hendaknya progresif menjadi laboratorium untuk melakukan berbagai pembaharuan pendidikan dan eksperimentasi.

4)Rekonstruksionisme
Mazab rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme. Mazab ini berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik. Karena itu pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan yang demokratis.

5)Pancasila
Bahwa pancasila merupakan mazab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan yang berlaku. UU No. 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas (akan segera diubah ) mengaturnya dalam pasal 2, pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Demikian pula dalam GBHN-GBHN yang pernah dan sedang berlaku, biasa ditetapkan dasar pendidikan pancasila ini.

Third, Landasan sosiologi:

Pendidikan berlangsung karena ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini terjadi dalam situasi yang formal, yaitu dalam proses belajar mengajar di kelas, maupun dalam proses yang kurang formal seperti interaksi waktu istirahat, dan acara-acara di sekolah. Peserta didik juga harus memiliki rasa kebersamaan khususnya dalam menjaga kelestarian sekolah termasuk fasilitas, sarana, dan prasarana.
Manusia selalu hidup bersama dengan manusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas hakikat masyarakat. Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural inilah yang juga dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat tertentu. Bagi bangsa Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu secara horisontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku, agama adat istiadat dan kedaerahan. Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah dan bawah. Fenomina-fenomina sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan dengan pendidikan

Fourth, Landasan hukum:
hukum adalah keseluruhan aturan yang mengkikat dan mengatur hubungan komplek antara manusia didalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia. Pendidikan adalah suatu kebutuhan hidup yang menjadi hak manusia yang harus dilindungi. Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, jadi dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan ketentuan hukum dan peraturan oleh pemerintah. Penyelenggaraan pendidikan harus didasarkan pada landasan hak asasi manusia dan undang-undang yang berlaku. Landasan hukum dalam proses pelaksanaan pendidikan nasional bagi masyarakat adalah Pancasila dan UUD 1945 serta ketetapan MPR.

Fifth, Landasan moral:

Tinggi rendahnya kualitas manusia terhadap lingkungannya, sangat dipengaruhi oleh etika dan moral yang melekat pada diri manusia yang bersangkutan. So, landasan yang sebelumnya telah kami bahas merupakan suatu sistem yang terpadu, yang pada dasarnya merupakan satu kesatuan.
Manusia yang ingin hidup damai, aman, nyaman, dan sejahtera, modal dasarnya adalah moral yang melekat pada dirinya. Menjadi orang yang dewasa dan berakhlak mulia, bukan merupakan suatu proses yang mudah. Butuh perjuangan untuk mendapatkannya.
Penanaman, pemeliharaan, dan pembinaan moral pada diri seseorang, tidak dilakukan dalam waktu yang singkat, tapi harus dimulai sejak dini sampai sepanjang umur dengan cara yang berkesinambungan.

Oleh : Anissa Rahmadini , Dessy Rilma Susanti Nst, Handriyani Milladya G, Isma Nasution, Putri Hawa Lubis (Kel VII)

HAKEKAT PENDIDIKAN

I.  PENDAHULUAN
 
Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?

    Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

    Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.
Apa sebaiknya hakikat pendidikan? kami setuju dengan kata mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : 

1. Cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.

2. Hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan santainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. 

3. Bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? kami setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat.
 
II.  PEMBAHASAN

Hakekat Pendidikan

1.  Pengertian Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.
Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.

Disini ada beberapa pengertian pendidikan, yaitu: 
 
  1. Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
  2. Menurut William F (tanpa tahun) Pendidikan harus dilihat di dalam cakupan pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan Ideologi.
  3. Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Dari pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. 

Menurut Tilaar (2000 : 16) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan. 

Pertama, pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka. Dengan membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan
Kedua, pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta didik.  
Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan penciptaannya. 

Kalo pembahasan tentang pengertian pendidikan, sampe disini dulu yeaaa…Sekarang, kita masok dalam pembahasan tujuan pendidikan..  ;)

2. Tujuan Pendidikan

Tau gag sech??? Kalo tujuan pendidikan itu adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

Adapun rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:
  1. 1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3 dicantumkan: “ Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”.
  2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
  3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani”.
  4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
       
Hmmmm… lumayan singkat kalo tentang pembahasan tujuan pendidikan nue..tapi ga papa la ya kann,,… yang penting, padat n jelass…hehhehee  
Next.. kita lanjut ke pilar pendidikan..

3.  Pilar Pendidikan
Dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13) paradigma pembelajaran tersebut akan menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
 
  1. Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya.
  2. Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Learning to do merupakan salah satu pilar pendidikan yang menekankan pada aktivitas kemampuan untuk melakukan atau mengaktualisasikan dalam hidup dan kehidupannya apa yang sudah diketahuinya.
  3. Konsep learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini. Memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
  4. Konsep learning to be. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus “berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami dan berhubungan dengan orang lain. 
 Selanjutnyaa.. kita akan membahas tentang aliran-aliran pendidikan ya sobbb….. ^_^

4.      Aliran – Aliran Pendidikan

a.   ESENSIALISME
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
  1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar ; Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
  2. Pandangan Essensialisme ; Mengenai KurikulumBeberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat.
b.  PROGRESIVISME

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri (Barnadib, 1994:28). Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.

c.  PERENIALISM

Kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.

d.   REKONSTRUKSIONISME

Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar ummat manusia.
Yuppsszzzz… pembahasan yang terakhir adalah tentang lingkungan pendidikan, 
Ini dia nehh pembahasanya…..

5.    Lingkungan Pendidikan

Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. 
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi:
 
1.     Keluarga
Pendidikan keluarga berfungsi:
  1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
  2. Menjamin kehidupan emosional anak
  3. Menanamkan dasar pendidikan moral
  4. Memberikan dasar pendidikan sosial
  5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2.  Sekolah
    Sekolah dalam pendidikan berfungsi sebagai berikut;
    1. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
    2. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
    3. Masyarakat

    Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
    Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

    III.           PENUTUP

     I.      Kesimpulan
    1. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
    2. Penerapan paradigma empat pilar pendidikan sudah barang tentu akan berdampak pada pembelajaran efektif yang direkomendasikan UNESCO yakni pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Konsep pembelajaran efektif tersebut bermuara pada empat pilar pendidikan, yakni (learning to know), (learning to do), (learning to live together), dan (learning to be).
    II .     Saran

         Mewujudkan kondisi ideal potret pembelajaran yang kreatif, bukanlah hal yang mudah lantaran munculnya beragam fenomena aktual dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan guru yang bersungguh-sungguh mengembangkan kompetensinya, baik kompetensi personal, profesional, dan kemasyarakatan.


        Oleh karena itu, guru diharapkan lebih kreatif di dalam mendesain proses pembelajaran, sehingga ada perpaduan yang sinergis antara hasil pembelajaran dengan kecakapan hidup (life skill). 
    Kerjasama dan koordinasi antara seluruh komponen sekolah dipandang perlu agar masing-masing komponen sekolah dapat memberikan kontribusi secara maksimal, dalam menumbuhkan tunas-tunas muda harapan bangsa.Sehubungan dengan perbuatan tugas ini, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, untuk dijadikan landasan dalam penyempurnaan tugas ini.

    Oleh : Ella, Elfridawati, Isadora, Suryaningrat (Kel I)

    HAKEKAT GURU ATAU PENDIDIK


          Sebenarnya yang namanya guru atau pendidik tidak hanya kita temukan di sekolah. Tapi juga di keluarga yaitu para orang tua, dan para tokoh-tokoh dalam masyarakat.Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dirancang khusus untuk membantu keluarga dalam membimbing dan mengembangkan kepribadian dan segala potensi yang dimiliki peserta didik, memiliki peran yang sangat penting. Dan guru bertugas disekolah sebagai tenaga profesional.
    Guru sebagai tenaga profesional telah dipersiapkan dengan sadar dan sengaja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pembelajaran yang dilakukan terhadap peserta didik di sekolah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus sesuai dengan bidangnya. Bab III Pasal 7 UU RI no.14 tahun 2005 dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
    1.  Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
    2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan , keimanan ketakwaan, dan akhlak mulia
    3. Memilki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan idang tugas
    4. Memliki kompetensi yang diperlukan sesuai denga bidang tugas 
    5. Memiliki tanggung jawab atas peaksanaan tugas keprofesionalan
    6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
    7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
    8. Memiliki jamninan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
    9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesional guru.

    Tidak sembarangan orang dapat melakukan tugas guru, tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan berikut ini yang dipandang mampu : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik. Sesuai dengan kedudukan dan fungsi guru, maka guru wajib memiliki kualifikasi disamping sehat jasmani dan rohani akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik. Wujud kerjasama dengan keluarga dan tanggung jawab pemerintah terhadap pelaksanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
    Dari segi peserta didik, pendidik menjadi tumpuan harapan, menjadi sumber informasi dan energi bagi bergeraknya proses pendidikan. Sehubungan dengan itu good dan brophy (1986) (diambil dari  H. Prayitno. 2002 : 107-109), menghimpun berbagai temuan tentang harapan siswa terhadap guru, yakni :

    Guru itu merupakan tumpuan harapan, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi para siswa. Maka, menurut good dan broophy ada beberapa harapan siswa terhadap guru:
    A.     Profil:
    Siswa suka profil guru yang periang, dewasa, suka berteman, jujur dan ikhlas, dapat dipercaya, sehat mental, luwes, disiplin, dan berkomitmen.

    B.     Sikap guru yang diharapkan siswa :
    1.      Aktif mendengarkan apa yang di kemukakan siswa tanpa bersikap mempertahankan diri
    2.      Apabilah mengahadapi masalah siswa, jangan berpihak hanya berpihak kepada salah satu siswa.
    3.      Berorientasi pemecahan masalah, menghindari sikap menarik diri, menyalahkan orang lain, histeris dan reaksi emosional lainnya.

    C.     Figur guru otoritatif (bukan otoriter) menurut harapan siswa :
    1.      Menjaga dan menegakkan aturan; jika perlu ada hukuman yang cukup keras dan tegas.
    2.      Aktif melakukan tugas-tugasnya
    3.      Dapat menjelaskan dengan baik, uaraiannya dapat dimengerti, jika diperlukan dapat menerangkan dengan baik.
    4.      Menarik dan tidak membosankan
    5.      Adil, taat asas, tidak pilih kasih
    6.      Enak diajak berteman, sopan, bicara lembut , dapat tertawa.

    D.     Ciri guru yang sukses yang diharapan siswa:
    1.  Pandangan terhadap siswa tidak boleh diwarnai oleh semacam romantisme (menyukai atau jatuh cinta), kebencian, kekerasan, masalah-masalah pribadi, ketakutan, kekhawatiran, dan reaksi-reaksi emosional  lainnya yang dapat merenggangkan hubungan.
    2. Menikmati hubungannya dengan siswa. Menyempatkan diri bicara dengan siswa tanpa larut  ataupun kehilangan identitas: suka berteman tanpa terlalu akrab, suka berada dalam suatu kelompok tanpa harus menjadi anggota kelompok.
    3. Benar-benar menghayati  perannya dan senang dengan perannya itu. Jelas dan konsisten dalam hubungannya dengan siswa; tahu apa yang layak dan tidak layak dilakukan.
    4. Memiliki sikap yang jika ditentang atau diuji tidak marah kalau ada siswa yang mencoba; tidak merasa menang kalau dapat mengatasi tantangan; atau merasa kalah bila tidak dapat menjawab sesuatu.
    5. Harus sabar tetapi tegas, tidak ada maaf untuk sesuatu yang harus dilakukan, memahami apa yang terjadi, tidak kreatif tetapi responsif, percaya diri, kalem dalam menghadapi krisis.
    E.  Peran seorang guru:
    1. Guru sebagai manager ; Guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran. 
    2. Guru sebagai observer ; Kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan mereka, reaksi dan interaksi mereka.
    3. Guru sebagai diagnostician: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik.
    4. Guru sebagai educator ; Kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum dan program pembelajaran
    5. Guru sebagai organizer ; Kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran
    6. Guru sebagai ; decision-makerMemilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi
    7. Guru sebagai presenter ; Guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap diskusi.
    8. Guru sebagai communicator ; Kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun rekan kerja.
    9. Guru sebagai mediator ; Guru berfungsi sebagai mediator anatara peserta didik/ kelas dan masalah-masalah yang timbul.
    10.  Guru sebagai motivator ; Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
    11. Guru sebagai counsellor ; Guru sebagai konselor bagi siswa dibidang pendidikan, personal, sosial dan emosional.
    12. Guru sebagai evaluator
    Guru mengevaluasi, menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan kemajuan siswa.
    Dapatlah disimpulkan bahwa hakekat guru atau pendidik adalah :
    1. Guru merupakan agen pembaharuan atau perubahan.  
    2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat.
    3. Guru memahami karakteristik unik dan berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan yang bersifat khusus dari masing-masing peserta didik yang memiliki minat dan potensi yang perlu diwujudkan secara optimal.
    4. Sebagai fasilisator pembelajaran, guru menciptakan kondisi yang menggugah dan menyediakan kemudahan bagi subyek didik untuk belajar.
    5. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik.
    6. Pendidik tenaga kependidikan dituntut menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar-mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya.
    7. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya.
    8. Guru menjunjung tinggi kode etik professional. 
    Oleh : Fauziana, M. Syafwan Hadi, Paroloan P. Ambarita, Sobirin (Kel V)

    HAKEKAT MANUSIA


    BAB I
    PENDAHULUAN

    Heyy, gril’s kita sebagai mahluk tuhan yang paling mulia, kita wajib tau donk siapa kita, mengapa kita ada, mengapa kita diciptakan, kenapa harus diciptakan, untuk apa kita ada, apa guna kita ada, nah dengan baca-baca tulisan kami yang gak seberapa neh, dan apa adanya  moga bisa nambahin pengetahuan kita-kita tentang pengembangan eksistensi kita sebagai mahluk tuhan yang puaaaaliiiiiiing mulia, gak percaya,?????  Loe-loe baca ne, hasil keringat kami, wkwkwkwkwk :-D
    Sekarang  kami mulai dari pendahuluan kami, nah……ini dia, yang tunggu dari tadi, kit abaca sama-sama yuuuuuk???? Yukk,yuk,yuk,yuk, 1..2…3, mulaiii!!!!!
     Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik-titik tolak bagi paparan selanjutnya.Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.
    Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan system proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja dan kapan saja dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
    Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan.

    BAB II
    PEMBAHASAN
    1.     LATAR BELAKANG
    Hakekat Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan komplek. Sejak sejarah peradaban manusia ditulis, ia selalu dijadikan objek kajian yang tidak pernah abis untuk di telah aa. Namun demikian, tetap saja ditemukan kesukaran secara ilmiah untuk menjelaskan hakikat sebenarnya dari manusia trsebut.
    Filsafat menkaji manusia secara radikal dengan mengumukakan pertanyaan mendasar dan substantive, tidak hanya melihat manusia dari dimensi jasmania tetapi juga dimensi sepritual manusia itu sendiri. dalam pada itu, fisikologi mempelajari manusia dari fresfektif gejala dan prilaku yang dapat di amati. Semantra itu ilmu biologi melihat manusia secara sefesifik hanya sebagai unsur jasmani yang serba materi dan natural.
    Dalam kajian antropologi, manusia dibicarakan dalam kaitannya pada pencarian asal-usulnya dengan melakukan penelahaan terhadap posil yang masih ada dan keluarga biantang yang terdekat dengan manusia (primate) serta meneliti masyarakat manusia sebagai makhluk yang tetap bertahan. Dalam sosiologi ilmu social menepatkan manusia sebagai subjek dan objek dalam relevansinya dengan interaksi social yang dilakukan.
    Keragamaan pendekatan, menunjukkan manusia sebagai suatu kajian yang menarik melainkan juga mengindikasikan bahwa memiliki unsure serba dimensi yang unik dan khas. Dimensi bagi manusia merupakan suatu kenyataan dan sekaligus sebagai karakteristik yang membedakannya dari makhluk tuhan yang lain.
    Manusia dalam konteks penciptaannya disamakan dengan penyebutan tugas yang diemban.hal ini menunjukkan adanya kolerasi antara wujud manusia dan eksistensinya.Dengan kata lain,tidak seorang manusiapun terlepas dari keniscayaan tanggung jawab untuk mengelola bumi dengan eksistensi kepemimpinannya,Manusia adalah pengganti Tuhan untuk kemakmuran dan mensejahterakan buminya.
    Dalam kitab suci alquran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ofum kemudian bertahap menjadi darah,daging,tulang belulang,dan akhirnya menjadi manusia yang utuh dan memiliki bentuk terbaik.

    2.     BEBERAPA PANDANGAN TENTANG MANUSIA
    1. Manusia adalah mahkluk yang menjadikan dirinya dan masyarakatnya tetap berada dalam tujuan hidup tersebut.
    2.  Manusia adalah mahkluk yang mampu menjalankan dan dapat merubah dengan tangannya dengan lisannya dan hal yang terakhir dalam hatinya.
    3. Manusia adalah mahkluk berpikir kalau dihadapakan pada masalah-masalah terutama masalah yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
    4. Manusia adalah menggantikan kepemimpinannya makhluk sebelumnya sebagai pemakmur alam.
    5. Manusia adalah berani menrapkan kebenaran dalam menetapkan keputusan kepada  manusia secara adil dan tidak boleh mengikuti hawa nafsunya.
    6. Manusia adalah makhluk yang diciptakan yang mempunyai ruh,akal,hati,instill,dan nafsu.Apabila akal dan  nafsu dikembangkan secara maksimal dengan petunjuk agama yang dianutnya maka manusia akan memiliki derajat kemanusiaan yang mempunyai nilai lebih dan kesempurnaan sebagai makhluk Tuhan.
    7. Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas.Bagi manusia kepuasan itu sifatnya sementara.Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan,maka kebutuhan yang lainnya akan mucul penutup pemuasan begitu seterusnya.
    Nah ….kita ketahui bahwa hakekat manusia itu lebih singkat dan semakin mudah  dipahami dan dimengerti.



    3.      EKSISTENSI MANUSIA
    Eksistensi manusia dalam berbagai dimensi perlu dikenali  batas-batasnya. Ini dia batas-batasnya, yukkk, mari kita kenlin satu/satu yukkk…
    ·         EKSISTENSI MANUSIA DALAM SENI
    Seni adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai.Karya, karsa, pemikiran anak manusia, seni itu bukanlah sekadar laporan tentang fakta-fakta melainkan proyeksi dari inspirasi, emosi, preferensi, apresiasi atau kesadaran akan nilai dari pembuatnya (seniman). Seni adalah bahasa spiritual yang mengungkapkan penilaian,  lebih daripada memformulasikan deskripsi-deskripsi objektif
    ·         EKSISTENSI MANUSIA DALAM ILMU
    Jika  Seni  merupakan  perwujudan  nilai-nilai   yang berkaitan  dengan  jiwa ,yah berarti  ilmu itu kan  lebih  bergelut  dengan fakta-fakta  dan berurusan dengan akal yang mengarahkan  dan membelokkan jiwa kepada hakikat benda. Ciri  khas ilmu pengetahuan adalah  mencari  hubungan gejala-gejala  yang faktawi. Sehingga  tidak puas menyatakan  benar sesuatu itu apa; begini dan begitu. Ia ingin tahu apa sebab­nya  sesuatu itu ada. Pengetahuan ilmiah  mencoba  menginte­grasikan yang terpotong-potong dalam pengetahuan pra  ilmiah pada  kesatuan. Dalam mencapai pengertian  ilmu  pengetahuan maju  secara  sistematis. Ia tidak  bersifat  menunggu  saja seolah-olah pada waktunya dan dalam situasi tertentu  terang pengetahuan akan menyingsing dengan sendirinya. Ilmu  penge­tahuan  harus mengusahakan pengertian melalui  penyelidikan. Ilmuwan  tidak akan menerima sesuatu apapun  sebagai  fakta dan kebenaran kalau sebabnya atau sumbernya tidak  diketahui dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau  ketidakbenaran dapat agak dikurangi. Ilmuwan  bersikap kritis.  Sekalipun demikian ia tidak kebal terhadap  kekeli­ruan dan kesesatan. Hanya dapat dikatakan bahwa pengetahuan­nya jauh lebih kokoh dan lebih dapat diandalkan.
    Ketidaktahuan manusia untuk sebagian besar dilengkapi oleh  ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan  masih  juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan, dan karena itu  tidak juga memuaskan
    Cara  ilmu  berkiprah metodiknya  tidak  memungkinkan untuk meneropongi serentak seluruh realitas dalam totalitas­nya.  Walaupun  ilmu pengetahuan mencari  pengertian  dengan menerobos realitas sendiri, pengertian ini hanya dicari pada tataran empiris dan eksperimental. Maksudnya, ilmu  pengeta­huan membatasi kegiatannya hanya pada fenomen-fenomen yang – entah  langsung  atau  tidak – dapat  dicerap  oleh  indera., Adakalanya  kita  mendengar orang  mengatakan  bahwa cara bernalar dan mencari fakta oleh ilmu pengetahuan lebih banyak bersifat sentrifugal, artinya menjauh dari manusia itu sendiri beserta persoalan-persoalan  pribadinya,  daripada sentripetal, artinya memusat atau mendekati manusia  konkret atau “sang aku”. Persoalan-persoalan ilmu pengetahuan terla­lu  umum  dan  tidak mengena pada diri  pribadi  orang,  dan karena itu tidak mempunyai cukup kedalaman.
    Ilmu  tidak menyediakan cita-cita  yang  menggiurkan hati,  tidak  memberikan kaidah-kaidah mutlak  dan  bersifat mengikat demi tercapainya tujuan kehidupan yang ingin  dica­pai seseorang oleh dirinyanya pribadi, dan akhirnya  mungkin menjauhkan  dirinya dari masalah makna segala-galanya,  yang justru lebih dipentingkan orang.

    ·         EKSISTENSI MANUSIA DALAM FILSAFAT
    Ternyata tanpa kita sadari, kita selalu berfilsafat lhooo?? Pada dasarnya kita disadarkan akan fakta-fakta ini dan menem­ukan  bahwa, kendatipun pengetahuan kita lebih  maju,  masih tertinggal suatu ketidaktahuan, pintu menjadi terbuka  untuk menggali  suatu lapisan mengenal yang berikut, yaitu  filsa­fat.
    Filsafat merupakan pemikiran sedalam-dalamnya tentang semua hal yang bersentuhan dengan manusia dan – bagaimanapun juga caranya – bersangkut paut dengan dia dan hidupnya. Jadi filsafat akan berurusan dengan benda-benda, situasi-situasi, pertanyaan  dan masalah yang sebelumnya telah dijumpai  baik di tingkat pengetahuan pra-ilmiah maupun di tingkat pengeta­huan  ilmiah,  namun kali ini diselami ke dasar  yang  lebih dalam.
    Kalau kita berfilsafat sendiri, atau membaca sumbangan pikiran orang lain, kita harus selalu melibatkan diri secara pribadi,  dan berminat dari dalam inti diri  kita.  Bukanlah “manusia”  pada  umumnya atau “manusia dalam  arti  abstrak” yang  kita  renungkan, tetapi “manusia ini” atau  “aku  ini” yang  konkret.  Maka semua yang dikatakan,  perlu  kita  uji dengan  berpedoman  pada  kadar kebenaran  yang  kita  alami sendiri. Kita harus menyambung pada pengalaman pribadi kita. Kita  harus mengolah kesemuanya secara pribadi, dan  seolah-olah menerjemahkan kedalam bahasa kita sendiri. Kita  harus menerapkan  semua  pada situasi kita. Tidak ada  orang  yang lebih berwenang di bidang hidup pribadi kecuali aku sendiri. Dalllammmm banget siie filsafat!!
    ·         EKSISTENSI MANUSIA DALAM AGAMA
    Orang berfilsafat yang telah mencapai batas kemampuan pikirannya dalam merenungkan hidup sebagai manusia  ternyata masih  meninggalkan sejumlah pertanyaan yang tak  terjangkau akalnya.
    Jika  seseorang beragama, maka ia akan tahu dan  per­caya  bahwa  Allah  juga telah  berfirman  dan  menyampaikan paham-Nya  tentang  hidup manusia. Kebutaannya  membuat  dia bertanya kepada Allah. Ia hadapkan dirinya pada Tuhannya. Ia pertanyakan ketidaktahuannya. Di sini kita menemukan kemung­kinan  terakhir untuk meredakan ketegangan antara  tahu  dan tidak tahu.
    Filsafat  dan Agama merupakan dua jalan  yang  saling berhubungan erat menuju pengenalan diri. Orang beragama yang berfilsafat  tentang diri sendiri dan bertatap  muka  dengan banyak soal yang tidak terjawab olehnya, akan menyerahkannya pada Teologi, atau meninjau dirinya kembali di bawah sorotan cahaya . Kalau filsafat  telah  mengubah  dia menjadi  “orang yang bertanya-tanya”,  sapaan  Tuhan  akan diberi arti lebih besar, yakni sebagai bantuan bagi  manusia yang bertanya. Kalau dia bukan “orang yang bertanya-tanya di hadapan  Allah, Tuhan dan sapaanya-Nya tidak  akan  dianggap kenyataan yang hidup. Semakin seseorang di bawah pengaruh pemikiran  filsa­fatnya  mengenal diri sebagai manusia, semakin  dia  menjadi “orang  beriman”.  Di pihak lain,  kalau  seseorang  sungguh beriman dalam artikata religius, dan memikirkan serta  mere­nungkan hidupnya sebagai manusia, maka dengan sendirinya  ia akan memperhitungkan masukan agamanya, berupa pandangan atas hidup. Itu sesuatu yang logis. Sebab filsafat adalah  berna­larnya  manusia atas dirinya sebagaimana adanya. Jadi  kalau dia  beriman, ia tidak boleh melepaskan iman dalam  tinjauan dan permenungannya.  Nah Orang beriman percaya bahwa justru yang difirmankan Allah dapat dan harus menjadi modal pikiran yang bernilai. Hidup beriman akan memberi suatu pengarahan kepada filsafatnya  dan  menghadapkan  dia  secara  lebih  intensif dengan masalah-masalah tertentu. Sebab, sebagai orang  beri­man ia merenungkan hidupnya sebagai manusia. Bener gakk@@.

    4.     PENGEMBANGAN DIMENSI_DIMENSI MANUSIA DALAM PROSES PENDIDIKAN
    Ini mempunyai macam-macam pengembangan yang sangat vital untuk kita semua, wkwkwkwkwk, ini lah dia, eng ing eng…….
    ·         Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Individu.

    Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri.

    Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.

    Di atas telah dikatakan bahwa perwujudan manusia sebagai mahluk individu (pribadi) ini memerlukan berbagai macam pengalaman. Anda punya pasti punya pengalman kan?????? Untuk mencapai tujuan yang anda inginkan, nahhh pendidikan memberikan aspek kognitif (pengetahuan)  yang sering dikenal dan diberikan oleh para pendidik.Pendidikan seperti ini disebut bersifat intelektualistik, karena hanya berhubungan dengan segi intelek saja
    .
    ·         Pengembangan manusia sebagai mahluk sosial
    Disamping sebagai mahluk individu atau pribadi manusia juga sebagai mahluk social. Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pengembangan kepribadiannya.Seperti yang kita ketahui, manusia tidk bisa hidup sendiri, setuju nggggakk???.. setujuuuuuuuuu.

    ·         Pengembangan manusia sebagai mahluk susila
    Yuppss, sekarang kita bahas tentang Aspek yang ketiga dalam kehidupan manusia, sesudah aspek individual dan social, adalah aspek kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah laku mana yang tidak baik dan bersifat tidak susila.

    Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai norma-norma, dan nilai-nilainya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya seandainya dalam kehidupan manusia tidak terdapat norma-norma dan nilai-nilai tersebut. Sudah tentu kehidupan manusia akan kacau balau, hukum rimba, sudah pasti akan berlaku dan menjalar diseluruh penjuru dunia.

    Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia susila dan harus mengusahakan anak-anak didik kita menjadi manusia pendukung norma, kaidah dan nilai-nilai susila dan social yang di junjung tinggi oleh masyarakatnya. Norma, nilai dan kaidah tersebut harus menjadi milik dan selalu di personifikasikan dalam setiap sepak terjang, dan tingkah laku tiap pribadi manusia.
    Penghayatan personifikasi atas norma, nilai, kaidah-kaidah social ini amat penting dalam mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat. Sebenarnya aspek susila kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan aspek kehidupan social. Karena penghayatan atas norma, nilai dan kaidah social serta pelaksanaannya dalam tindakan dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh individu dalam hubungannya dengan atau kehadirannya bersama orang lain. Aspek susila ini tidak saja memerlukan pengetahuan atas norma, nila, dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan tetapi juga menuntut dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya tersebut dalam tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.

    Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma, nilai, dan kaidah-kaidah masyarakat dalam kehidupannya mempunyai dua alasan pokok,yaitu :
    Pertama, untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu tidak dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma, nilai dan kaidah social yang terdapat dalam masyarakat maka dimanapun ia hidup tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dengan terkucilnya oleh anggota masyarakat yang lain, pribadi tersebut tidak akan merasa aman. Akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di masyarakat , padahal setiap individu membutuhkan rasa aman dimana pun dia berada.akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di masyarakat yang tidak menerimanya itu dengan demikian selanjutnya dia tidak dapat survive tinggal dimasyarakat tersebut sehingga ia harus mencari masyarakat lain yang kiranya dapat menerimanya sebagai anggota dalam masyarakat yang baru. Namun untuk itu, ia juga akan dihadapkan pada tuntutan dan masyarakat yang sama seperti yang dia alami dalam masyarakat terdahulu dimana dia pernah tinggal yaitu kemampuan untuk hidup dan bertingkah laku menurut norma, nilai dan kaidah masyarakat yang berlaku pada masyarakat yang baru, karena setiap masyarakat masing-masing mempunyai norma, nilai dan kaidah yang harus diikuti oleh anggotannya.

    Kedua, untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat tidak saja merupakan kumpulan individu, tetapi lebih dari itu, kebersamaan individu tinggal disuatu tempat yang kita sebut masyarakat telah menghasilkan dalam perkembangannya aturan-aturan main yang kita sebut norma, nilai, dan kaida-kaidah social yang harus diikuti oleh anggotanya. Norma, nilai dan kaidah-kaidah tersebut merupakan hasil persetujuan bersama untuk dilaksanakan dalam kehidupan bersama, demi untuk mencapai tujuan mereka bersama.


    ·         Pengembangan manusia sebagai mahluk religius
    Ini dia Eksistensi manusia yang keempat adalah keberadaanya dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota masyarakat yang dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila, maka kepada masing-masing warga Negara dengan demikian juga dituntut untuk dapat melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya dengan sesama manusia.



    BAB III
    PENUTUP

    KESIMPULAN
                Ehem-ehem sampek juga kita dipenghujung acara, cie-cieeeeeee, Alasan mempelajari hakikat manusia adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.
    Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.
    Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan dengan cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkah-langkah sebagai berikut; perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Terhadap pendidikan filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Dan pada dasarnya semua disiplin ilmu pengetahuan dari tingkat filosofis, teoritis dan sampai pada tingkat praktis diawali, dibimbing dan diakhiri oleh pendidikan.
    Nahhhhh, dah pada tau kan kenapa kita dibilang mahluk puaaallllllllllling mulia, seppppp dah jadi manusia baik-baik dechh semua, tanggung jawabnya keren abisss, terserah mau neraka ato surga?????? Kalau mau ke surga ikut kami-kami aja,  mau ngggakkkkk?? Mau yachhhh …..

     SARAN
    1.     Nah, Kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya khusus kamu-kamu pada yang mau jadi guru/dosen, kayak kami-kami ini lhooo.
    2.     Penerapan paradigma baru dalam pendidikan perlu disosialisasikan lebih luas supaya terjamin SDM di Indonesia, Negara kita-kita

    SEMANGAT……..

    Oleh : Aisyah Fitriani, Dina Siregar, Rabiatul, Sulastry Lumbangaol, Syah Faradiba Sirait (Kel II)