BAB I
PENDAHULUAN
Heyy, gril’s kita sebagai mahluk tuhan yang paling mulia, kita wajib tau donk siapa kita, mengapa kita ada, mengapa kita diciptakan, kenapa harus diciptakan, untuk apa kita ada, apa guna kita ada, nah dengan baca-baca tulisan kami yang gak seberapa neh, dan apa adanya moga bisa nambahin pengetahuan kita-kita tentang pengembangan eksistensi kita sebagai mahluk tuhan yang puaaaaliiiiiiing mulia, gak percaya,????? Loe-loe baca ne, hasil keringat kami, wkwkwkwkwk :-D
Sekarang kami mulai dari pendahuluan kami, nah……ini dia, yang tunggu dari tadi, kit abaca sama-sama yuuuuuk???? Yukk,yuk,yuk,yuk, 1..2…3, mulaiii!!!!!
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik-titik tolak bagi paparan selanjutnya.Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.
Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan system proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja dan kapan saja dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. LATAR BELAKANG
Hakekat Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan komplek. Sejak sejarah peradaban manusia ditulis, ia selalu dijadikan objek kajian yang tidak pernah abis untuk di telah aa. Namun demikian, tetap saja ditemukan kesukaran secara ilmiah untuk menjelaskan hakikat sebenarnya dari manusia trsebut.
Filsafat menkaji manusia secara radikal dengan mengumukakan pertanyaan mendasar dan substantive, tidak hanya melihat manusia dari dimensi jasmania tetapi juga dimensi sepritual manusia itu sendiri. dalam pada itu, fisikologi mempelajari manusia dari fresfektif gejala dan prilaku yang dapat di amati. Semantra itu ilmu biologi melihat manusia secara sefesifik hanya sebagai unsur jasmani yang serba materi dan natural.
Dalam kajian antropologi, manusia dibicarakan dalam kaitannya pada pencarian asal-usulnya dengan melakukan penelahaan terhadap posil yang masih ada dan keluarga biantang yang terdekat dengan manusia (primate) serta meneliti masyarakat manusia sebagai makhluk yang tetap bertahan. Dalam sosiologi ilmu social menepatkan manusia sebagai subjek dan objek dalam relevansinya dengan interaksi social yang dilakukan.
Keragamaan pendekatan, menunjukkan manusia sebagai suatu kajian yang menarik melainkan juga mengindikasikan bahwa memiliki unsure serba dimensi yang unik dan khas. Dimensi bagi manusia merupakan suatu kenyataan dan sekaligus sebagai karakteristik yang membedakannya dari makhluk tuhan yang lain.
Manusia dalam konteks penciptaannya disamakan dengan penyebutan tugas yang diemban.hal ini menunjukkan adanya kolerasi antara wujud manusia dan eksistensinya.Dengan kata lain,tidak seorang manusiapun terlepas dari keniscayaan tanggung jawab untuk mengelola bumi dengan eksistensi kepemimpinannya,Manusia adalah pengganti Tuhan untuk kemakmuran dan mensejahterakan buminya.
Dalam kitab suci alquran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ofum kemudian bertahap menjadi darah,daging,tulang belulang,dan akhirnya menjadi manusia yang utuh dan memiliki bentuk terbaik.
2. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG MANUSIA
- Manusia adalah mahkluk yang menjadikan dirinya dan masyarakatnya tetap berada dalam tujuan hidup tersebut.
- Manusia adalah mahkluk yang mampu menjalankan dan dapat merubah dengan tangannya dengan lisannya dan hal yang terakhir dalam hatinya.
- Manusia adalah mahkluk berpikir kalau dihadapakan pada masalah-masalah terutama masalah yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
- Manusia adalah menggantikan kepemimpinannya makhluk sebelumnya sebagai pemakmur alam.
- Manusia adalah berani menrapkan kebenaran dalam menetapkan keputusan kepada manusia secara adil dan tidak boleh mengikuti hawa nafsunya.
- Manusia adalah makhluk yang diciptakan yang mempunyai ruh,akal,hati,instill,dan nafsu.Apabila akal dan nafsu dikembangkan secara maksimal dengan petunjuk agama yang dianutnya maka manusia akan memiliki derajat kemanusiaan yang mempunyai nilai lebih dan kesempurnaan sebagai makhluk Tuhan.
- Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas.Bagi manusia kepuasan itu sifatnya sementara.Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan,maka kebutuhan yang lainnya akan mucul penutup pemuasan begitu seterusnya.
Nah ….kita ketahui bahwa hakekat manusia itu lebih singkat dan semakin mudah dipahami dan dimengerti.
3. EKSISTENSI MANUSIA
Eksistensi manusia dalam berbagai dimensi perlu dikenali batas-batasnya. Ini dia batas-batasnya, yukkk, mari kita kenlin satu/satu yukkk…
· EKSISTENSI MANUSIA DALAM SENI
Seni adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai.Karya, karsa, pemikiran anak manusia, seni itu bukanlah sekadar laporan tentang fakta-fakta melainkan proyeksi dari inspirasi, emosi, preferensi, apresiasi atau kesadaran akan nilai dari pembuatnya (seniman). Seni adalah bahasa spiritual yang mengungkapkan penilaian, lebih daripada memformulasikan deskripsi-deskripsi objektif
· EKSISTENSI MANUSIA DALAM ILMU
Jika Seni merupakan perwujudan nilai-nilai yang berkaitan dengan jiwa ,yah berarti ilmu itu kan lebih bergelut dengan fakta-fakta dan berurusan dengan akal yang mengarahkan dan membelokkan jiwa kepada hakikat benda. Ciri khas ilmu pengetahuan adalah mencari hubungan gejala-gejala yang faktawi. Sehingga tidak puas menyatakan benar sesuatu itu apa; begini dan begitu. Ia ingin tahu apa sebabnya sesuatu itu ada. Pengetahuan ilmiah mencoba mengintegrasikan yang terpotong-potong dalam pengetahuan pra ilmiah pada kesatuan. Dalam mencapai pengertian ilmu pengetahuan maju secara sistematis. Ia tidak bersifat menunggu saja seolah-olah pada waktunya dan dalam situasi tertentu terang pengetahuan akan menyingsing dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan harus mengusahakan pengertian melalui penyelidikan. Ilmuwan tidak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan kebenaran kalau sebabnya atau sumbernya tidak diketahui dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau ketidakbenaran dapat agak dikurangi. Ilmuwan bersikap kritis. Sekalipun demikian ia tidak kebal terhadap kekeliruan dan kesesatan. Hanya dapat dikatakan bahwa pengetahuannya jauh lebih kokoh dan lebih dapat diandalkan.
Ketidaktahuan manusia untuk sebagian besar dilengkapi oleh ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan masih juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan, dan karena itu tidak juga memuaskan
Cara ilmu berkiprah metodiknya tidak memungkinkan untuk meneropongi serentak seluruh realitas dalam totalitasnya. Walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian dengan menerobos realitas sendiri, pengertian ini hanya dicari pada tataran empiris dan eksperimental. Maksudnya, ilmu pengetahuan membatasi kegiatannya hanya pada fenomen-fenomen yang – entah langsung atau tidak – dapat dicerap oleh indera., Adakalanya kita mendengar orang mengatakan bahwa cara bernalar dan mencari fakta oleh ilmu pengetahuan lebih banyak bersifat sentrifugal, artinya menjauh dari manusia itu sendiri beserta persoalan-persoalan pribadinya, daripada sentripetal, artinya memusat atau mendekati manusia konkret atau “sang aku”. Persoalan-persoalan ilmu pengetahuan terlalu umum dan tidak mengena pada diri pribadi orang, dan karena itu tidak mempunyai cukup kedalaman.
Ilmu tidak menyediakan cita-cita yang menggiurkan hati, tidak memberikan kaidah-kaidah mutlak dan bersifat mengikat demi tercapainya tujuan kehidupan yang ingin dicapai seseorang oleh dirinyanya pribadi, dan akhirnya mungkin menjauhkan dirinya dari masalah makna segala-galanya, yang justru lebih dipentingkan orang.
· EKSISTENSI MANUSIA DALAM FILSAFAT
Ternyata tanpa kita sadari, kita selalu berfilsafat lhooo?? Pada dasarnya kita disadarkan akan fakta-fakta ini dan menemukan bahwa, kendatipun pengetahuan kita lebih maju, masih tertinggal suatu ketidaktahuan, pintu menjadi terbuka untuk menggali suatu lapisan mengenal yang berikut, yaitu filsafat.
Filsafat merupakan pemikiran sedalam-dalamnya tentang semua hal yang bersentuhan dengan manusia dan – bagaimanapun juga caranya – bersangkut paut dengan dia dan hidupnya. Jadi filsafat akan berurusan dengan benda-benda, situasi-situasi, pertanyaan dan masalah yang sebelumnya telah dijumpai baik di tingkat pengetahuan pra-ilmiah maupun di tingkat pengetahuan ilmiah, namun kali ini diselami ke dasar yang lebih dalam.
Kalau kita berfilsafat sendiri, atau membaca sumbangan pikiran orang lain, kita harus selalu melibatkan diri secara pribadi, dan berminat dari dalam inti diri kita. Bukanlah “manusia” pada umumnya atau “manusia dalam arti abstrak” yang kita renungkan, tetapi “manusia ini” atau “aku ini” yang konkret. Maka semua yang dikatakan, perlu kita uji dengan berpedoman pada kadar kebenaran yang kita alami sendiri. Kita harus menyambung pada pengalaman pribadi kita. Kita harus mengolah kesemuanya secara pribadi, dan seolah-olah menerjemahkan kedalam bahasa kita sendiri. Kita harus menerapkan semua pada situasi kita. Tidak ada orang yang lebih berwenang di bidang hidup pribadi kecuali aku sendiri. Dalllammmm banget siie filsafat!!
· EKSISTENSI MANUSIA DALAM AGAMA
Orang berfilsafat yang telah mencapai batas kemampuan pikirannya dalam merenungkan hidup sebagai manusia ternyata masih meninggalkan sejumlah pertanyaan yang tak terjangkau akalnya.
Jika seseorang beragama, maka ia akan tahu dan percaya bahwa Allah juga telah berfirman dan menyampaikan paham-Nya tentang hidup manusia. Kebutaannya membuat dia bertanya kepada Allah. Ia hadapkan dirinya pada Tuhannya. Ia pertanyakan ketidaktahuannya. Di sini kita menemukan kemungkinan terakhir untuk meredakan ketegangan antara tahu dan tidak tahu.
Filsafat dan Agama merupakan dua jalan yang saling berhubungan erat menuju pengenalan diri. Orang beragama yang berfilsafat tentang diri sendiri dan bertatap muka dengan banyak soal yang tidak terjawab olehnya, akan menyerahkannya pada Teologi, atau meninjau dirinya kembali di bawah sorotan cahaya . Kalau filsafat telah mengubah dia menjadi “orang yang bertanya-tanya”, sapaan Tuhan akan diberi arti lebih besar, yakni sebagai bantuan bagi manusia yang bertanya. Kalau dia bukan “orang yang bertanya-tanya di hadapan Allah, Tuhan dan sapaanya-Nya tidak akan dianggap kenyataan yang hidup. Semakin seseorang di bawah pengaruh pemikiran filsafatnya mengenal diri sebagai manusia, semakin dia menjadi “orang beriman”. Di pihak lain, kalau seseorang sungguh beriman dalam artikata religius, dan memikirkan serta merenungkan hidupnya sebagai manusia, maka dengan sendirinya ia akan memperhitungkan masukan agamanya, berupa pandangan atas hidup. Itu sesuatu yang logis. Sebab filsafat adalah bernalarnya manusia atas dirinya sebagaimana adanya. Jadi kalau dia beriman, ia tidak boleh melepaskan iman dalam tinjauan dan permenungannya. Nah Orang beriman percaya bahwa justru yang difirmankan Allah dapat dan harus menjadi modal pikiran yang bernilai. Hidup beriman akan memberi suatu pengarahan kepada filsafatnya dan menghadapkan dia secara lebih intensif dengan masalah-masalah tertentu. Sebab, sebagai orang beriman ia merenungkan hidupnya sebagai manusia. Bener gakk@@.
4. PENGEMBANGAN DIMENSI_DIMENSI MANUSIA DALAM PROSES PENDIDIKAN
Ini mempunyai macam-macam pengembangan yang sangat vital untuk kita semua, wkwkwkwkwk, ini lah dia, eng ing eng…….
· Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Individu.
Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri.
Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.
Di atas telah dikatakan bahwa perwujudan manusia sebagai mahluk individu (pribadi) ini memerlukan berbagai macam pengalaman. Anda punya pasti punya pengalman kan?????? Untuk mencapai tujuan yang anda inginkan, nahhh pendidikan memberikan aspek kognitif (pengetahuan) yang sering dikenal dan diberikan oleh para pendidik.Pendidikan seperti ini disebut bersifat intelektualistik, karena hanya berhubungan dengan segi intelek saja
.
· Pengembangan manusia sebagai mahluk sosial
Disamping sebagai mahluk individu atau pribadi manusia juga sebagai mahluk social. Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pengembangan kepribadiannya.Seperti yang kita ketahui, manusia tidk bisa hidup sendiri, setuju nggggakk???.. setujuuuuuuuuu.
· Pengembangan manusia sebagai mahluk susila
Yuppss, sekarang kita bahas tentang Aspek yang ketiga dalam kehidupan manusia, sesudah aspek individual dan social, adalah aspek kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah laku mana yang tidak baik dan bersifat tidak susila.
Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai norma-norma, dan nilai-nilainya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya seandainya dalam kehidupan manusia tidak terdapat norma-norma dan nilai-nilai tersebut. Sudah tentu kehidupan manusia akan kacau balau, hukum rimba, sudah pasti akan berlaku dan menjalar diseluruh penjuru dunia.
Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia susila dan harus mengusahakan anak-anak didik kita menjadi manusia pendukung norma, kaidah dan nilai-nilai susila dan social yang di junjung tinggi oleh masyarakatnya. Norma, nilai dan kaidah tersebut harus menjadi milik dan selalu di personifikasikan dalam setiap sepak terjang, dan tingkah laku tiap pribadi manusia.
Penghayatan personifikasi atas norma, nilai, kaidah-kaidah social ini amat penting dalam mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat. Sebenarnya aspek susila kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan aspek kehidupan social. Karena penghayatan atas norma, nilai dan kaidah social serta pelaksanaannya dalam tindakan dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh individu dalam hubungannya dengan atau kehadirannya bersama orang lain. Aspek susila ini tidak saja memerlukan pengetahuan atas norma, nila, dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan tetapi juga menuntut dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya tersebut dalam tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.
Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma, nilai, dan kaidah-kaidah masyarakat dalam kehidupannya mempunyai dua alasan pokok,yaitu :
Pertama, untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu tidak dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma, nilai dan kaidah social yang terdapat dalam masyarakat maka dimanapun ia hidup tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dengan terkucilnya oleh anggota masyarakat yang lain, pribadi tersebut tidak akan merasa aman. Akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di masyarakat , padahal setiap individu membutuhkan rasa aman dimana pun dia berada.akibatnya dia tidak merasa betah tinggal di masyarakat yang tidak menerimanya itu dengan demikian selanjutnya dia tidak dapat survive tinggal dimasyarakat tersebut sehingga ia harus mencari masyarakat lain yang kiranya dapat menerimanya sebagai anggota dalam masyarakat yang baru. Namun untuk itu, ia juga akan dihadapkan pada tuntutan dan masyarakat yang sama seperti yang dia alami dalam masyarakat terdahulu dimana dia pernah tinggal yaitu kemampuan untuk hidup dan bertingkah laku menurut norma, nilai dan kaidah masyarakat yang berlaku pada masyarakat yang baru, karena setiap masyarakat masing-masing mempunyai norma, nilai dan kaidah yang harus diikuti oleh anggotannya.
Kedua, untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat tidak saja merupakan kumpulan individu, tetapi lebih dari itu, kebersamaan individu tinggal disuatu tempat yang kita sebut masyarakat telah menghasilkan dalam perkembangannya aturan-aturan main yang kita sebut norma, nilai, dan kaida-kaidah social yang harus diikuti oleh anggotanya. Norma, nilai dan kaidah-kaidah tersebut merupakan hasil persetujuan bersama untuk dilaksanakan dalam kehidupan bersama, demi untuk mencapai tujuan mereka bersama.
· Pengembangan manusia sebagai mahluk religius
Ini dia Eksistensi manusia yang keempat adalah keberadaanya dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota masyarakat yang dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila, maka kepada masing-masing warga Negara dengan demikian juga dituntut untuk dapat melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya dengan sesama manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ehem-ehem sampek juga kita dipenghujung acara, cie-cieeeeeee, Alasan mempelajari hakikat manusia adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan dengan cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkah-langkah sebagai berikut; perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Terhadap pendidikan filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Dan pada dasarnya semua disiplin ilmu pengetahuan dari tingkat filosofis, teoritis dan sampai pada tingkat praktis diawali, dibimbing dan diakhiri oleh pendidikan.
Nahhhhh, dah pada tau kan kenapa kita dibilang mahluk puaaallllllllllling mulia, seppppp dah jadi manusia baik-baik dechh semua, tanggung jawabnya keren abisss, terserah mau neraka ato surga?????? Kalau mau ke surga ikut kami-kami aja, mau ngggakkkkk?? Mau yachhhh …..
SARAN
1. Nah, Kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya khusus kamu-kamu pada yang mau jadi guru/dosen, kayak kami-kami ini lhooo.
2. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan perlu disosialisasikan lebih luas supaya terjamin SDM di Indonesia, Negara kita-kita
SEMANGAT……..
Oleh : Aisyah Fitriani, Dina Siregar, Rabiatul, Sulastry Lumbangaol, Syah Faradiba Sirait (Kel II)